Selasa, 13 September 2016

Air, oh air!

Dinar kuliah, jauh dari rumah. Makanya tinggalnya deket kampus, alias kost. Luar biasa kisah anak kost itu. Penuh cerita. Awal semester 5 kemarin, dinar pindah kost. Alasannnya sih simple. Tempatnya kurang luas, tapi soal listrik dan air lumayan bahkan nyaris sempurna. Di kost baru, tempatnya lumayan luas. Enak, kaya rumah. Setelah 2 minggu tinggal di kost baru, kami baru menyadari suatu hal. Ternyata, masalah yang ada di kost ini adalah air. 

Seminggu belakangan memang kegiatan lagi padet-padetnya. Sibuk (biasaa... aktivis kampus katanya). Cucian baju sudah pasti menumpuk bak gunung nyuncung (yang ada di rumpin). Saat kegitan kampus selesai adalah saat yang tepat untuk cuci baju. Tapi, apakah yang terjadi? Air mati! Air tak mengalir dari keran. Hati ini serasa tersayat, melihat berbongkah bongkah baju kotor. Sedangkan, air tak mengalir setetespun. Kamar mandi kering.

Setelah 2 hari air mati, dinar sadar. Ternyata, masalah akibat air mati bukan cuma baju kotor, tapi juga mandi, buang air kecil dan besar, cuci piring, wudhu. Terpaksa setiap hari menumpang di kamar mandi tetangga. Komplain selalu dilontarkan ke ibu kost. Dua hari setelah komplain barulah air dibetulkan. 
Alhamdulillaah. Rasanya tak bisa terungkap dengan kata-kata. Ternyata air sangat berharga.

Air nyalaa.. air ngalir.. air oh air. Akhirnya kau datang juga. Dinar bergegas cuci baju. Tapi, cuci baju kali ini ibarat serial drama. Ya! Berepisode. Ibarat jama'ah haji. Ya! Pake kloter! Setiap hari nyuci. Nyiciill.. sampe abis. 4 kloter baru selesai. Untung aja belom sampe sebanyak kloter jama'ah haji Indonesia. 

Hikmah:
Jangan buang-buang air. Karna saat air mati, setetes airpun berharga. 
Air mati 4 hari aja udah bikin pusing. Apalagi orang-orang daerah yang susah air. Waaw mereka berjuang cari air berkilo meter.  
Makanya harus cerdas menggunakan air. Karna kalau ga cerdas, bakal nyuci baju berkloter. Aaaaaa tidaaaaaak!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar