Selasa, 15 November 2016

IMM dan Segudang Cerita


            Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan yang selalu berafiliasi dengan kepentingan ummat. Akan terus memberikan warna tersendiri dalam meneduhkan rasa khawatir masyarakat akan pemimpin atau pimpinannya, menjadikannya selalu belajar untuk terus konsisten memperjuangkan kaum-kaum (masyarakat) yang lemah atau dilemahkan. Perjuangan yang  lebih dari setengah abad ini, menunjukkan betapa daruratnya Indonesia dalam berbagai persoalan, kekhawatiran rakyat Indonesia menjadi pesuruh di rumahnya sendiri akan menjadi mimpi jahat dalam sepanjang hidupnya. Sungguh keras perjuangan rakyat Indonesia dalam membela dirinya sendiri, siapa yang harus bertanggung untuk ini semua? Kita kaum- kaum yang terdidik dan manusia pilihan, Tuhan ciptakan untuk menjadi solusi dan menjadi manfaat bagi orang-orang sekelilingnya. Rasa sakit yang sama menjadikan perjuangan itu terus tumbuh dan mengggelora. Jiwa yang selalu bergetar akan menjadi senjata terbaik dalam membela manusia. Kita yang darahnya merah akan menjadi saluran energi yang hebat, karena kita adalah SATU, melangkah bersama dengan wujud yang pasti. Menjadikan Negara ini berkemajuan: menjalankan keyakinan sesuai agama masing, proporsional terhadap warga Negara dan memanusiakan manusia dengan bingkai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, akan menjadikan format yang ideal dalam membangun produktifitas mental rakyat Indonesia.
            Sebagai gerakan mahasiswa Islam, IMM memilki misi yang luar biasa untuk Agama dan Negara, misi yang selalu mencerminkan transendensi dan nilai kemanusiaan, akan menjadikan panji-panji yang berada dalam setiap tinkatan semakin bertambah ghiroh dakwahnya, hal ini tidak hanya membuat IMM seperti menjalankan rutinitas organisasi sebagai formalitas. Tapi jauh lebih dalam dari pada hal tersebut yakni ingin menunjukkan rasa bangganya menjadi bagian dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. Ruh inspirasi yang sekaligus menjadi langkah kongkrit IMM tidak terlepas dari enam penegasan yang selalu menjadi falsafah dalam melakukan pergerakannya “Bahwa IMM merupakan organisasi mahasiswa islam yang legal, sebagai ortom Muhammadiyah dan perjuangannya  lillaahi ta’ala senantiasa di abadikan untuk umat dan negara”. Inilah yang menjadikan IMM sampai detik ini tetap berjuang dan selalu bergerak dikarenakan selalu diikat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam 6 penegasan tersebut.
Selain 6 penegasan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah juga memiliki trilogi dan trikompetensi dalam gerakannya. yakni religiusitas, inteleletualitas dan humanitas, dan yang di maksud dari religiusitas tersebut adalah mentranformasi Islam yang disandarkan kepada Al-Qur’an dan Assunah kepada masyarakat dalam bentuk yang sebenarnya, menjadikan Islam sebagai solusi terhadap permasalah-permasalahan yang menjadi bencana pemerintah dan yang paling harus di respon adalah persoalan yang menimpa rakyat Indonesia. Yang di maksud dengan  Intelektualitas adalah dengan selalu memaksimalkan potensi akal manusia dan peranannya kepada masyarakat agar selalu menjadi jawaban bagi rakyat Indonesia. Untuk itulah di butuhkan agen –agen atau kader yang kontibutif yang tinggi dalam menjalankan misi kemanusian tersebut. Strategi yang ditransformasikan dari konsep gerakan tersebut, adalah pilar yang menjadikan tetap terjaganya nilai-nilai yang terkandung dalam trilogy dan trikompetensi tersebut
Sebagai ortom (organisasi otonom) Muhammadiyah, tentu IMM menginduk kepada Muhammadiyah. IMM sebagai lahan dakwah Muhammadiyah dikalangan mahasiswa. Tapi, jangan heran kalau sebagian besar kader IMM justru bukan berasal dari Muhammadiyah. Bisa dibilang bahwa IMM sebagai gerbang masuk Muhammadiyah bagi mahasiswa yang bukan Muhammadiyah. Begitu juga dengan saya. Saya mengenal IMM karena saya kuliah di PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah). Mungkin kalau saya tidak kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta, belum tentu saya menjadi kader IMM bahkan mengenal IMM. Awalnya saya mengikuti perkaderan dasar tidak semata-mata hanya untuk menjawab rasa keingintahuan saya pada saat Mastama (Masa Ta’aruf Mahasiswa) tahun 2014. Tapi dengan penuh kemauan yang tinggi, saya ikut DAD untuk belajar berorganisasi di IMM kelak. Mungkin saya sudah terdoktrin oleh pernyataan-pernyataan senior maupun dosen bahwa mahasiswa FISIP tidak lengkap rasanya kalau tidak berorganisasi, karena organisasi adalah ladang belajar bagi mahasiswa FISIP apalagi jurusan Ilmu Politik. Oleh sebab itulah, saya bertekad untuk aktif berorganisasi agar bisa mendapatkan ilmu yang lebih dari seker belajar di kelas.
Awal perkenalan saya dengan IMM pada saat Masa Ta’aruf Mahasiswa. Namanya saja sudah keren, ta’aruf. Benar-benar ta’aruf. Kenalan sama IMM mulai dari IMM itu apa, dari mana asalnya, bagaimana sejarahnya, tujuannya apa, sampai kenalan juga sama kadernya. Waktu itu, kami dibagi kelompok dan setiap kelompok memiliki instruktur yang membimbing selama prosesi perkenalan dengan IMM berlangsung, namanya Kak Azwardi dan Kak Ana. Dua kakak ini yang sampai saat ini saya tidak lupakan. Karena mereka yang mengantarkan saya ke gerbang masuk IMM. Lihat nih kak, saya sudah jadi kader loh. Hehe. Singkat cerita, dulu saya terus cari informasi soal IMM. Ada acara seminar yang diadakan oleh IMM, saya datang walaupun sendiri tanpa teman. Sampai akhirnya saya daftar DAD di FISIP dan mengikuti proses screening. Tapi apa daya, tangan tak sampai. Tanggal DAD FISIP bentrok dengan acara di rumah. Seperti dapat kupon hadiah yang bertuliskan “kurang beruntung, silahkan coba lagi”. Ternyata, DAD bukan hanya di FISIP saya dihantarkan menjadi delegasi di DAD FIP bersama seorang teman, Nola.
Proses perkaderan dasar saya ikuti, walaupun bukan di fakultas sendiri alias didelegasikan ke fakultas lain yakni FIP UMJ. Berbeda rasanya mengikuti DAD di FIP dengan DAD di FISIP. Setelah DAD, ternyata teman-teman DAD FISIP banyak memiliki ilmu seperti tata cara persidangan, dan aksi atau demonstrasi. Kedua hal tersebut menjadi perbedaan yang sangat signifikan apabila dibandingkan dengan DAD FIP. Mendengarkan cerita teman-teman yang belajar persidangan dan aksi, cemburu rasanya. Saya di FIP malah jadi peserta lomba cerdas cermat. Walau kelihatannya lucu tapi menyenangkan, saya bisa lebih banyak tahu soal IMM lewat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat cerdas cermat. Saya sadar, bahwa setiap fakultas memiliki local wisdomnya masing-masing. Darul Arqam Dasar menjadi pengalaman yang cukup luar biasa, karena saya menjadi salah satu peserta di fakultas lain. Bersama Nola delegasi dari FISIP menjadikan kami lebih banyak mengenal teman dari FIP ketimbang dari fakultas lainnya. Tapi kadang merasa tidak enak juga, ketika kader FIP menyapa dan saya hanya bisa bilang “hey! Apa kabar?” tanpa tahu namanya. Sulit rasanya mengenal seluruh kader FIP hanya dalam waktu tiga hari, yang selanjutnya jarang bahkan hamper tidak pernah bertemu.
Setelah DAD di FIP, bergabunglah saya di komisariat FISIP. Segala bentuk kegiatan diikuti, mulai dari RTL, kepanitiaan kegiatan sampai musyawarah komisariat. Lelah rasanya berIMM. Namun setelah dua tahun berIMM, ternyata lelah menjawab segalanya. Rasa lelah ini tidak hanya lelah semata. Lelah ini menghasilkan buah yang manis. Kenapa manis? Iya, manis. Karena IMM menjadi wadah, tempat, ladang bagi saya untuk belajar. Ilmu yang bermanfaat telah saya rasakan. Mungkin dulu saya tidak pernah membayangkan apa manfaat saya berIMM, tapi ternyata manfaat ini sangat membantu saya dalam perkuliahan. Berbicara di depan banyak orang dan berargumen sudah bukan lagi hal yang menakutkan. Itu semua saya dapatkan dari IMM. Hingga sampai saat ini saya menjadi pengurus di komisariat, bertambah lagi ilmu bagi saya.
Dua tahun sudah bersama IMM. Menjadi seorang kader tidaklah mudah. Banyak tantangan dan cobaan selama dua tahun berIMM. Sedih, senang, kecewa, kesal, pahit, manis, semua kami rasakan. Tapi semua perasaan itulah yang menjadi kenangan, yang akan menjadi cerita saat sudah tua kelak. Pengalaman aksi, turun ke jalan, tidak semua mahasiswa bisa merasakan pengalaman itu. Bersyukurlah jadi salah satu mahasiswa yang pernah aksi turun ke jalan memperjuangkan hak rakyat. Pengalaman berpolitik di kampus juga jangan diremehkan. Bukan sekedar belajar, politik kami di kampus sudah seperti dinamika politik Indonesia. Menjadi ketua KPU tingkat fakultas, walaupun hanya melanjutkan tetap saja pengalaman. Menjadi tim sukses dari salah satu pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM walaupun harus lelah dengan strategi, tetap saja pengalaman. Punya pengalaman itu menyenangkan. Setidaknya stock cerita untuk diceritakan nanti pada saat reunian segudang. Tidak terbayang kalau seandainya tidak ikut DAD, tidak jadi kader IMM, maka tidak ada pengalaman, tidak banyak teman, tidak banyak ilmu. Mentok-mentok reunian sama temen kelas, obrolan seputar obrolan kelas. Ya, itu semua menjadi segudang cerita bagi saya dan sahabat-sahabat saya tentunya.
Inilah cerita kader FISIP, berpolitik bukan hal yang lazim dilakukan. Tapi jangan salah, kami berpolitik untuk belajar mempraktekan segala teori yang kami pelajari di kelas. Berbicara soal politik, rasanya walaupun IMM tidak berpolitik praktis. Namun penting kader IMM memahami politik, karena pergerakan mahasiswa amat dekat dengan politik. Memang dasarnya mahasiswa politik, apa-apa pasti politik. Mau bagaimana lagi, sudah menjadi doktrin. Hehe.
Menjadi kader selama ini bukan waktu yang singkat. Segala macam bentuk perasaan dan pengalaman sudah terasa. Kami, kita semua adalah kader merah yang bersama-sama berjuang untuk umat. Maafkan kalau usaha kami belum maksimal. Kami akan terus berjuang untuk ikatan. Kami bangga dengan merahmu, IMM. Kami bangga.  
Segudang cerita rasanya tak cukup saya tuliskan di sini. Masih banyak cerita di gudang saya. Anggap saja gudang. Karena gudang itu penuh dengan barang-barang. Anggap saja cerita ini sebagai barang yang memenuhi gudang. Semoga gudang ini tidak terlupakan, tidak berdebu, tidak rusak. Karena, berharga sekali punya gudang cerita. Apalagi cerita-ceritanya luar biasa. Sugoi.
Jayalah ikatanku.
IMM JAYA!
Bogor, 11 November 2016, 23:06

Dari kamar seorang kader biasa.

Selasa, 08 November 2016

Pentingnya Politik

Politik. Satu kata, banyak makna. Orang bilang politik itu kotor, jahat, licik, dan sebagainya. Semua pandangan bersifat negatif. Bahkan tidak sedikit orang yang anti politik. Apatis. Tapi, tahukah anda? Tanpa sadar kita berpolitik. Contoh kecilnya, ketika anda lahir kemudian dibuatkan identitas berupa akta kelahiran. Ketika berumur 17 tahun membuat KTP. Itu semua produk politik. Tapi, yang akan saya bahas dalam tulisan ini adalah partisipasi politik masyarakat. Bagaimana pentingnya partisipasi masyarakat dalam negara ini.

Politik itu Penting

Politik itu penting, karna politik harga BBM bisa diatur. Karna politik, biaya sekolah bisa gratis.
Dengan kata lain, politik yang mengatur perihal kemaslahatan orang banyak. Hal ini penting untuk diperhatikan. Oleh karena politik mengatur kepentingan orang banyak, maka politik perlu dijalankan dengan benar. Permasalahannya di sini ialah, politik dijalankan tidak sesuai dengan semestinya. Kebanyakan politikus memanfaatkan kekuasaan politiknya untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Para anggota dewan tidak lagi menjadi perwakilan rakyat, tapi sudah menjadi perwakilan partai. Mereka tidak lagi membawa kepentingan rakyat, tapi membawa kepentingan partai. Maka, yang terjadi ialah, kebijakan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat. Jangan heran ketika banyak kebijakan tidak pro rakyat.
Apatis bukanlah jalan keluar dari permasalahan yang ada. Justru, kita sebagai rakyat harus turut andil dalam politik. Dengan keapatisan rakyat, penguasa politik akan semakin nyaman di posisinya.


Masyarakat Harus 'Melek' Politik

Perlu adanya usaha untuk meluruskan pandangan masyarakat mengenai politik. Masyarakat harus paham bahwa politik tidak selalu berbicara soal perebutan kekuasaan (walaupun kenyataannya begitu), tak tik licik, dan segalanya yang bersifat negatif. Tapi, masyarakat harus tahu bahwa hidup kita di negara ini diatur oleh politik. Soal harga BBM, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya. Kalau masyarakat masih buta akan politik, maka bersiaplah diatur oleh orang dengan segudang kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Rakyat adalah unsur penting dalam berdirinya sebuah negara. Tidak ada rakyat, maka tidak ada negara. Begitupula Indonesia yang katanya demokrasi. Kekuasaan ada di tangan rakyat. Ini panggung penting bagi rakyat. Dalam negara demokrasi semua orang bebas berpendapat, bebas memilih maupun dipilih. Maka dari itu rakyat harus memanfaatkan kebebasannya untuk berpendapat. Mengkritik pemerintah, misalnya. Rakyat juga bebas memilih pemimpinnya maupun dipilih untuk jadi pemimpin.
Karena dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, maka rakyat perlu cerdas dalam menghadapi kondisi politik.
Singkatnya, masyarakat harus cerdas memilih pemimpin. Banyak tragedi politik uang di negara ini. Tanpa sadar, rakyat telah menjual suara dan haknya hanya untuk selembar uang yang tak bernilai, jika dibandingkan dengan masa depan negara ini. Jangan heran ketika banyak tindakan korup oleh para pejabat, yang dipilih saja yang politik uang.
Oleh karenanya, masyarakat harus melek politik. Karena tidak semua orang baik, jadi kita harus berusaha untuk tidak dikuasai oleh orang tidak baik.



Pentingnya politik untuk rakyat, karna politik rakyat bisa makan, sekolah, bahkan nikah sekalipun.
Politik ada untuk kebaikan bersama, maka penguasa politik harus yang memikirkan kepentingan bersama.