Sabtu, 03 Juni 2017

Gender lagi, gender lagi


Saya bingung. Kenapa isu murahan soal gender masih dibahas? Masih mau memperdebatkan kepemimpinan perempuan? 
Isu soal perempuan menjadi pemimpin (politik) selalu menjadi kontroversi. Bagi yang masih debat soal ini, lebih baik banyak-banyak membaca literatur soal kepemimpinan. Perhatikan dan pahami dengan baik, silahkan banyak baca dan pelajari soal kepemimpinan (politik) perempuan.

Sudah tahukah anda tentang Siti Aisyah yang menjadi pemimpin? Sudah tahukah anda Kerajaan Shaba yang sejahtera bukan main dipimpin oleh seorang Ratu bernama Bilqis? Bahkan Indonesia yang katanya demokrasi masih seumur jagung, pernah memiliki presiden seorang perempuan. Amerika Serikat yang demokrasinya sudah dewasa dan matang saja belum pernah memiliki presiden seorang perempuan. Sudah tahukah anda?

Jika masih meragukan perempuan untuk menjadi pemimpin (politik), berarti harus lebih banyak membaca sejarah kepemimpinan (politik) perempuan. Tangerang Selatan saja dipimpin oleh seorang perempuan, bahkan memenangkan PILKADA untuk kedua kali.
Sekali lagi, menjadi pemimpin politik berbeda urusannya dengan pemimpin keluarga. Persoalan laki-laki adalah pemimpin perempuan itu berlaku di tataran keluarga. 
Jika hanya sekedar wali kota, ketua organisasi, sah saja. Toh pemilihan yang dilakukan menggunakan asas demokrasi, bebas untuk memilih dan dipilih. Kalau soal gender saja masih dibahas, dimana demokrasinya? Jangan-jangan belum lulus matakuliah Pengantar Ilmu Politik ya? 
Sudahlah, isu murahan seperti ini sudah bukan zamannya. 

Tulisan seorang mahasiswI biasa,
Cirendeu, 3 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar